gbm.my,id – Pada hari Jumat, 30 Juli 2020, seluruh ASN di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi NTT berkumpul dalam acara ramah tamah sederhana untuk Mama Omi, yang akan mengakhiri pengabdiannya sebagai abdi negara dan masyarakat pada 31 Juli 2020. Puluhan tahun perjalanan kariernya di dunia birokrasi, hampir seluruhnya ia habiskan di Biro Kepegawaian Setda Provinsi NTT, yang kemudian berganti nomenklatur menjadi Badan Kepegawaian Daerah (BKD).
Kenangan saya dengan Mama Omi dimulai sejak 2009, ketika saya menjalani masa orientasi CPNS di Biro Kepegawaian Setda Provinsi NTT. Saya, bersama teman-teman seangkatan—Lipus Tatut, Neny Angraeni, Leci Neolaka, Ema Duli, Santa Anna, Sandra Isliko, dan Anggrainy Seno—ditempatkan di berbagai bagian dalam biro ini. Mama Omi bekerja di Bagian Kesejahteraan Pegawai (Kesra), yang berdekatan dengan bagian kami, Pengembangan Pegawai, meski aksesnya melalui lorong yang agak gelap dan ‘seram’.
Musim CPNS yang Sibuk
Masa itu, penerimaan CPNS masih dilakukan secara manual, dan tentu saja sangat menguras tenaga dan waktu. Semua pegawai Biro Kepegawaian terlibat langsung dalam proses panjang ini. Pendaftaran CPNS dilakukan secara offline, dengan pelamar yang datang langsung ke Sekolah Polisi Negara (SPN) Kupang. Kami bekerja siang dan malam, mengentri data pelamar ke sistem yang masih berbasis Local Area Network (LAN), sementara data sebelumnya dikelola dengan menggunakan Microsoft Excel.
Meski sistem yang kami gunakan kala itu terbilang primitif, banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti duplikasi data dan kesalahan dalam pengisian formasi. Namun, saat itu, kami tidak hanya belajar tentang sistem atau aplikasi—kami belajar tentang kerjasama. Kami saling mengenal satu sama lain dalam tekanan kerja yang tinggi, dengan karakter-karakter yang berbeda. Ada yang lantang dan keras, namun ada juga yang tenang dan sabar. Mama Omi, dengan kesederhanaannya, masuk dalam kelompok yang terakhir: tenang, bijaksana, dan pasti.
Pelajaran dari Mama Omi
Mama Omi, meskipun tidak ahli dalam teknologi, adalah sosok yang sangat menguasai pekerjaannya. Para pegawai senior seperti beliau memiliki pengetahuan yang dalam tentang aturan dan prosedur kepegawaian. Sebagai pegawai muda, terkadang kami merasa lebih unggul karena lahir di era digital, namun di saat-saat tertentu, kami sangat bergantung pada pengalaman dan ketelitian mereka. Mereka bukan hanya mengerti peraturan, tetapi juga sangat memahami setiap alur kerja dengan baik.
Pada masa itu, meskipun saya tidak terlalu dekat dengan Mama Omi karena kami berada di bagian yang berbeda, saya sering menemui beliau untuk meminta bantuan. Dalam banyak kesempatan, beliau dan pegawai senior lainnya seperti Om Blas, Ma Rit Gembira, Om Kain, dan Om Thomas adalah ‘perpustakaan hidup’ bagi kami—sumber ilmu yang tak ternilai. Mereka memiliki pengalaman praktis yang memudahkan kami memahami pekerjaan lebih dalam.
Namun, sejak saya kembali bekerja di BKD pada Februari 2019, interaksi saya dengan Mama Omi menjadi lebih sering. Salah satunya adalah ketika saya membutuhkan bantuan mengenai berkas mutasi pegawai. Tanpa ragu, Mama Omi dengan cepat menemukan dokumen yang saya cari, menunjukkan ketelitian dan penguasaan luar biasa atas pekerjaannya.
Potret Mama Omi
Sebagai seseorang yang hanya mengamati dari jauh, saya memilih untuk menggambarkan Mama Omi dalam tulisan ini sebagai seorang fotografer yang memotret keindahan dalam setiap detail kehidupan beliau. Ketenangan, kedisiplinan, dan keramahan yang selalu beliau tunjukkan adalah nilai-nilai yang sangat langka, yang harus dijaga dan diteladani.
Sambutan pelepasan beliau pada 30 Juli 2020 mengungkapkan banyak hal. Ibu Henderina S. Laiskodat, Kepala BKD Provinsi NTT, dalam pidatonya mengatakan bahwa Mama Omi adalah sosok yang tidak hanya disiplin tetapi juga memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaan dan sesama. Itulah yang membuat beliau begitu dihormati.
Pesan yang Tersirat
Ada pesan yang sangat penting yang dapat saya petik dari potret Mama Omi ini. Bagi kami, generasi muda, kita tidak boleh pernah merasa jumawa. Meskipun teknologi sudah sangat maju, kita harus tetap memegang teguh prinsip disiplin, keramahan, dan tanggung jawab dalam pekerjaan kita sebagai abdi negara dan masyarakat. Mama Omi adalah teladan dalam hal ini. Pengabdiannya yang tulus menunjukkan bahwa dalam melayani negara, kita harus tetap rendah hati, profesional, dan siap melayani hingga akhir masa pengabdian.
Terima kasih, Mama Omi, atas segala keteladanan dan pengabdian yang telah diberikan. Semoga semangat Mama Omi terus hidup di hati kami semua.