gbm.my.id – Sepak bola bukan sekadar olahraga di Maumere, tetapi bagian dari identitas masyarakatnya. Dari masa kecil di Magepanda hingga mengenal Persami di Maumere, cerita tentang klub ini selalu menggema di memori saya. Persami bukan hanya tim sepak bola, tetapi kebanggaan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Magepanda sendiri adalah wilayah yang kaya akan pesona alam, mulai dari savana Kaju Wulu hingga pesisir utara Flores yang memukau. Namun, di balik keindahannya, Magepanda pernah terisolir. Ketika akhirnya pendidikan membawa langkah saya ke Maumere, SMPK Virgo Fidelis menjadi saksi perjalanan awal mengenal Persami. Suster Etfreda SSpS yang disiplin dan tegas memimpin sekolah ini, dan di lingkungan inilah kisah Persami kerap diperbincangkan.
Sejarah mencatat bahwa Persami dan PSN memiliki perjalanan yang saling berkaitan. Awal mula Persami bahkan mendapat sentuhan dari misionaris, salah satunya Pater Klaus Naumann. Sosok yang dikenal bukan hanya sebagai pastor abadi di Paroki Kewapante, tetapi juga sebagai penggemar dan pelatih sepak bola yang berbakat. Ia adalah pria berpostur Eropa yang mahir mengolah si kulit bundar. Keahliannya begitu luar biasa, bahkan di usia senjanya masih bisa juggling dengan teknik tinggi.
Konon, berdasarkan informasi mulutgram, Pater Klaus pernah melatih Persami, setidaknya memberikan pengaruh besar dalam perjalanan klub ini. Salah satu cerita paling fenomenal adalah ketika Persami berhasil mengalahkan tim asal Jerman di Gelora Samador. Bagi anak-anak dan masyarakat Maumere saat itu, kemenangan ini bagaikan keajaiban. Bagaimana mungkin tim lokal bisa menundukkan tim dari negeri yang dikenal sebagai raksasa sepak bola dunia?
Namun, belakangan diketahui bahwa tim Jerman ini adalah tamu dari Pater Klaus. Meskipun mungkin bukan tim profesional, laga tersebut tetap menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Maumere. Sejarah ini semakin memperkokoh status Persami sebagai klub yang berakar kuat dalam budaya sepak bola Flores.
Seperti halnya Bruder Othmar yang membangun sepak bola di Ngada, Pater Klaus telah memberikan warisan penting bagi perkembangan Persami. Sosoknya mengingatkan banyak orang pada gaya bermain Frans Beckenbauer atau Johan Cruyff, dengan sentuhan khas Eropa yang elegan.
Kini, Persami Maumere kembali menghadapi tantangan besar di ETMC 2024. Lawan mereka kali ini adalah Persebata, klub asal Lembata yang memiliki semangat juang tinggi. Meski Persebata belum memiliki sejarah panjang dalam sepak bola, pencapaian mereka sebagai finalis ETMC 2019 rebetika bahwa mereka bukan lawan yang bisa diremehkan.
Dari sisi sejarah, Persami memiliki keunggulan dengan gelar juara ETMC tahun 1976 dan 1984. Kepercayaan diri mereka tinggi, mengingat kejayaan masa lalu. Sementara itu, bagi Persebata, ETMC kali ini adalah kesempatan emas untuk menebus kegagalan sebelumnya. Mereka ingin membuktikan bahwa Laskar Ikan Paus layak mengangkat trofi bergengsi ini.
Daya juang khas pria Lamalera yang terbiasa menombak paus akan menjadi semangat bagi Persebata di lapangan hijau. Mereka ingin mencatat sejarah baru dengan menjadi satu-satunya tim ETMC yang mampu membawa pulang trofi ke Lembata.
Namun, Persami bukan tim yang mudah ditaklukkan. Mereka memiliki sejarah, kebanggaan, dan fanatisme yang luar biasa. Dukungan suporter setia mereka bukan hanya terlihat di stadion, tetapi juga di berbagai sudut Maumere yang menyaksikan laga ini lewat siaran langsung. Gema tarian Hegong dan ritme Gemu Fa Mi Re akan menjadi penyemangat bagi para pemain di lapangan.
Pertarungan antara Persami dan Persebata bukan sekadar pertandingan biasa. Ini adalah duel antara sejarah dan ambisi, antara kejayaan masa lalu dan impian masa depan. Apakah Persami akan kembali mengukir kejayaan, ataukah Persebata yang akan mengubah sejarah?
Kita tunggu jawabannya di stadion Oepoi sore ini.