gbm.my.id – Nama adalah doa. Ungkapan ini begitu tepat bagi drg. Dominikus Minggu Mere. “Mere” dalam bahasa Ende berarti “Besar”—dan memang, kehidupan serta perjalanan kariernya menunjukkan betapa besar arti nama itu dalam hidupnya.

Sejak awal, drg. Domi, begitu ia akrab disapa, telah menapaki jalan panjang dalam dunia birokrasi dan pelayanan masyarakat. Dari menjadi staf di berbagai instansi hingga akhirnya menduduki posisi strategis seperti Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, Kepala Bappeda Ende, hingga Sekretaris Daerah Kabupaten Ende. Bahkan, ia pernah hampir menjadi Wakil Bupati Ende. Namun, politik membelokkannya ke jalur lain, menempatkannya di Bappeda Provinsi NTT sebelum akhirnya ia mengikuti uji kompetensi dan terpilih sebagai Direktur RSUD Prof. W.Z. Johannes Kupang.

Keberhasilan ini tidak datang begitu saja. Ada banyak tantangan, jatuh bangun, dan perjalanan yang penuh dinamika. Namun, sebagaimana pepatah lama mengatakan, “Batu yang dibuang oleh para tukang akan menjadi batu penjuru.”

Pilihan yang Tepat di Waktu yang Tepat

Dalam acara syukuran pelantikannya sebagai Direktur RSUD, Johanes Pake Pani—mantan Bupati Ende dua periode—mengungkapkan kebanggaannya atas terpilihnya drg. Domi. Menurutnya, drg. Domi unggul dalam tiga aspek utama: Kapabilitas, Manajerial, dan Politik. Namun, ia menegaskan bahwa aspek politik harus ditinggalkan dalam menjalankan kepemimpinan di RSUD. Yang utama adalah pelayanan kepada masyarakat.

Lebih dari itu, Pake Pani menekankan nilai-nilai utama yang harus menjadi pegangan dalam kepemimpinan drg. Domi: Kejujuran, Keadilan, Kesabaran, dan Tanggung Jawab. RSUD Prof. W.Z. Johannes diibaratkan sebagai “benang kusut” yang perlu ditata ulang, dan drg. Domi diharapkan mampu membawa perubahan.

Tantangan dan Harapan

Dalam kesempatan itu, Anwar Pua Geno, Ketua DPRD Provinsi NTT, juga memberikan pesan yang mendalam. Ia menegaskan bahwa “setiap pemimpin ada masanya, setiap masa ada pemimpinnya.” Dengan kata lain, drg. Domi adalah pemimpin yang hadir di waktu yang tepat ketika masyarakat membutuhkan sosok yang mampu membenahi RSUD. Ia pun menitipkan tiga harapan besar:

  1. Menjadikan RSUD sebagai rumah sakit unggulan dan harapan masyarakat NTT.
  2. Mengangkat RSUD Prof. W.Z. Johannes sebagai ikon kebanggaan provinsi.
  3. Membenahi infrastruktur dan sistem pelayanan kesehatan agar lebih profesional dan manusiawi.

Kepemimpinan dengan Hati

Pesan yang sama juga digaungkan dalam homili oleh Rm. Yonas. Menurutnya, kecerdasan intelektual drg. Domi sudah tidak perlu diragukan lagi. Namun, yang lebih penting adalah kecerdasan hati. Sebuah kepemimpinan yang tidak hanya mengandalkan strategi dan kebijakan, tetapi juga empati dan ketulusan dalam melayani masyarakat.

Ketika didaulat untuk berbicara, drg. Domi memilih untuk tetap rendah hati. Saat ditanya mengenai program 100 hari pertamanya, ia hanya tersenyum dan berkata, “Masuk saja belum, bagaimana saya bisa bicara program 100 hari?” Sebuah jawaban yang sederhana tetapi penuh makna: bahwa ia ingin memulai dari dasar—dengan memahami masalah yang ada sebelum membuat keputusan besar.

Kini, tanggung jawab besar menanti di pundaknya. Dengan pengalaman panjang, integritas yang kuat, dan doa banyak orang, ia siap menorehkan perubahan di RSUD Prof. W.Z. Johannes. Seperti batu yang sempat terbuang, kini ia telah menjadi batu penjuru di tempat yang baru. Proficiat, drg. Domi. Semoga Tuhan merestui setiap langkahmu.