gbm.my.id – Menulis tentang sosok besar seperti dr. Aloysius Benediktus Mboi, atau yang akrab disebut Ben Mboi, bukanlah perkara mudah. Sebagai gubernur NTT periode 1978–1988, jejaknya begitu dalam dan sulit dilupakan. Ia bukan hanya seorang pemimpin, tetapi juga seorang pembelajar sejati yang meninggalkan warisan tak ternilai bagi generasi berikutnya.
Membangun NTT dengan Visi Jangka Panjang
Pada era kepemimpinannya, media masih terbatas. Tak ada kampanye bombastis di televisi, media sosial belum ada, dan surat kabar pun sulit dijangkau masyarakat pelosok. Namun, nama Ben Mboi bergema di seluruh penjuru NTT. Ia dikenal bukan karena pencitraan, melainkan melalui kerja nyata.
Tiga program unggulan yang dicanangkannya—Operasi Nusa Makmur (ONM), Operasi Nusa Hijau (ONH), dan Operasi Benah Desa (OBD)—menjadi bukti konkret keberpihakannya pada rakyat. Ia membangun bukan untuk membangun nama, tetapi untuk mengubah wajah NTT yang saat itu masih terbelakang.
Gaya kepemimpinan Ben Mboi jauh melampaui zamannya. Konsep pembangunan dari desa yang kini diadopsi oleh berbagai daerah sudah ia terapkan sejak dulu. Jauh sebelum munculnya program seperti Desa Mandiri Anggur Merah atau alokasi dana desa dari pemerintah pusat, Ben Mboi telah lebih dulu mempraktikkannya.
Lebih dari Sekadar Pemimpin, Ia adalah Seorang Pelajar Sejati
Selain dikenal sebagai pemimpin yang disiplin, ia juga seorang pembaca ulung. Ben Mboi percaya bahwa membaca adalah fondasi kepemimpinan yang kuat.
Sebuah kisah inspiratif datang dari Pak Frans Kaka, mantan sekretaris BKD Manggarai yang pernah bekerja di bawah kepemimpinan Ben Mboi. Suatu hari, setelah melakukan kesalahan dalam tugasnya, ia dipanggil ke ruang kerja gubernur. Di sana, Ben Mboi mengambil sebuah buku tentang Mao Zedong dari raknya dan menantang Pak Frans untuk menebak isi salah satu babnya.
Pesannya jelas: pemimpin harus terus belajar. Tak hanya dari pengalaman, tetapi juga dari buku-buku besar yang mampu memperkaya wawasan. Kegemaran membaca yang merasuk dalam diri Ben Mboi seakan menjadi tamparan bagi kita yang hidup di era serba instan. Saat ini, banyak yang ingin bergelar master atau doktor, tetapi enggan membaca. Banyak yang mendambakan kesuksesan tanpa mau menjalani proses pembelajaran yang mendalam.
Blusukan Jauh Sebelum Jokowi
Jauh sebelum istilah “blusukan” populer di era Presiden Jokowi, Ben Mboi sudah melakukannya. Ia tak segan turun langsung ke desa-desa, berbicara dengan rakyatnya, dan memahami masalah dari akar rumput. Tantangan geografis NTT yang terdiri dari pulau-pulau tak menyurutkan langkahnya. Dengan sarana transportasi yang terbatas, ia tetap menempuh perjalanan demi memastikan programnya benar-benar bermanfaat bagi rakyat.
Warisan Tak Ternilai bagi NTT dan Indonesia
Ben Mboi bukan hanya gubernur, ia adalah inspirasi. Warisan kepemimpinannya tetap relevan hingga kini. Pemikirannya yang melampaui zaman membuatnya menjadi sosok yang layak untuk terus dipelajari. Tak hanya dalam aspek kepemimpinan, tetapi juga dalam hal disiplin, dedikasi, dan kecintaannya pada ilmu pengetahuan.
Kisah hidupnya memberi pelajaran bagi kita semua. Bahwa seorang pemimpin sejati adalah mereka yang bekerja tanpa pamrih, belajar tanpa henti, dan mengabdi dengan hati. Dan salah satu warisan terbesar yang ia tinggalkan adalah dorongan untuk membaca dan terus belajar. Sebab, membaca bukan sekadar aktivitas, tetapi asupan gizi bagi kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual kita.
Selamat jalan, Bapak Ben Mboi. Warisanmu akan terus menginspirasi generasi demi generasi. Rest in Peace.

